December 10, 2009
Batik Tabir inilah
Motif Batik Riau yang terkenal saat ini. Namun pada mulanya kalau kita melihat
Sejarah Batik Riau
dimulai pada zaman kerajaan Daik Lingga dan Kerajaan Siak, pada saat
itu dikenallah suatu kerajinan tangan yang terkenal dilingkungan
kerajaan para bangsawan istana, yaitu dalam bentuk kerajinan
Batik Cap. Tentu berbeda sekali dengan Batik Tabir yang ada sekarang. Mari Kita lanjutkan ceritanya.
Jadi
pada masa itu Bati Cap menggunakan bahan cap yanhg terbuat dari
perunggu yang berisikan motif-motif khas. Masing-masing cap memiliki
motif yang unik. Jelasnya masing-masing cap mempunyai motif yang
berbeda-beda pula. Pola dan cara membatik dengan batik cap ini sangat
berbeda dengan batik tulis dan batik lainnya. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan dari batik cap ini terlebih dahulu
bahan cap dicacahkan kepada bahan pewarna lalu dicapkan pada bahan yang
telah kita sediakan sehingga motip yang ada pada cap akan pindah kepada
bahan dasar kain yang kita sediakan. Biasanya warna yang digunakan
adalah warna kuning dan perak, kain dasar yang dugunakan adalah bahan
dasar sutera atau bisa pula bahan halus lainnya yang biasanya bewarna
hitam gelap. Motifnya tidak jauh berbeda dengan
Kerajinan Tekad.
Seiring
waktu berlalu maka Batik Cap ini berubah menjadi "Telepuk," setelah itu
bahan untuk cap berubah pula tidak berupa perunggu lagi, yaitu dari
bahan kayu lembut yang di ukir sesuai motif yang di inginkan. ketika ada
keperluan tertentu bahan cap bisa dibuat dari bahan buah-buahan yang
keras, contohnya Kentang. Bahan cap dari buah ini biasanya hanya untuk
sekali pakai saja atau tidak permanen sifatnya, notifnya sebatas ukuran
bahan yang digunakan. ketika masa pemerintahan raja-raja mulai berakhir,
maka berakhir pulalah keberadaan Batik Cap ataupun Telepuk sampai
beberapa waktu kemudian.
Semangat untuk tetap melestarikan dan
menghidupkan kembali nuansa batik tersebut, maka Pemerintah Provinsi
Riau pada tahun 1985 mengambil inisiatif untuk menumbuh kembangkan batik
ini dengan cara memberikan pelatihan membatik kepada masyarakat Riau.
Namun bukan batik cap yang diceritakan diatas, melainkan membatik yang
mempunyai kesamaan dengan batik Jawa yang menggunakan Canting, tetapi
motif yang di pergunakan adalah murni motif Melayu Riau.
Waktu
berjalan, pada tahun 2004 Ketua Dekranasda Provinsi Riau, Ibu Dra. Hj.
Septina Primawati Rusli, MM., kembali membangkitkan kerajinan batik ini
dengan menggunakan pola baru pada disain. Dengan cara ini sehingga
kelihatan khas batik Riau dibandingkan dengan batik daerah lainnya
melalui tangan terampil seorang seniman yang juga pengurus Dekranasda
Provinsi Riau yaitu
H. Encik Amrun Salmon, lalu dibuatlah
percobaan demi percobaan yang akhirnya dapat menghasilkan suatu pola
baru dengan membuat batik tulis/colet berpola dengan mengambil ilham
dari tabir belang budaya Melayu Riau yang bergaris memanjang dari atas
ke bawah dengan motif-motif Melayu yang ada, ini terutama terdapat pada
tabir pelaminan Melayu Riau.
Maka dari motif-motif yang ada ini
pula dikembangkan menjadi sebuah motif baru yang di beri nama sesuai
aslinya. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif
baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga
Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dll. Batik Riau
ini tumbuh berkembang dan diberi nama "Batik Tabir".
Nah dari sanalah lahirnya Motif Batik Riau yang terkenal dengan nama Batik Tabir pada masa sekarang ini.
Dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan disa sini, bagi para pembaca yang
lebih mengetahui mohon masukaanya di kolom komentar.
(dari berbagai sumber)
Article By :
Datuk Bertuah