Selasa, 30 Oktober 2012

SEBUAH KEINGINAN


HARAPAN SEPASANG KATA
Sebuah rambu tertancap dalam dua jalur hati
Tertuliskan, sebuah siratan kata “ YussaNdha”
Yang terwujud dari..........!!!!!!
Sebait kata dari dua hati yang terajut dalam
Heningnya C I N T A.
Serangkai kata isyaratkan arti yang sangat
INDAH dan Sebuah perumpamaan dari
SANDI cinta yang telah terbuka,,,
Layaknya jembatan,,, penghubung dua hati
Yang rindu tuk saling ingin bersama dan
S E L A M A N Y A.....
By : Yussandi Santoso (29 Oktober 2012)

ARTI SEPASANG KATA
Y ang kita inginkan, hanya
U ntuk slalu bersama...!!!
S ekarang dan juga
S elamanya.
A ndaikan ini semua terjadi?’’…..’’
N amun,,, pasti ada rintangan yang slalu menghadang.
D emi serajut lembutnya CINTA dan besarnya
H arapan,,, semua itu
A kan kita lewati berdua dengan seksama selamanya
By : Yussandi santoso (29 Oktober 2012)

Sabtu, 13 Oktober 2012


SANDI INDAH
Burung camar yang sedang terbang,
Membawakan kedamaian di tepi pantai,
Terkadang, hidup tak semudah sebuah pemikiran
dan Semua harapan butuh pengorbanan !!!
Hidup tak INDAH jika taka da gejolak cinta,,,,
Walau SANDI cinta……. Sudah terpecahkan !!!!
                Desiran angin yang berhembussss
Tenang,
Membawa damai sepasang merpati yang……
Meenantikan kedamaian, serta kemesraan.
By : Yussandi Santoso (01 Desember 1995)
25 Agustus 2012
21 : 57 : 10 WIB











SEPASANG kata yang dinantikan
Jika kita ditakdirkan
                Untuk bersama
Pasti kelak kita kan bersama juga,,
                Seperti !!!!!!!!!!!. sepasang merpati yang,,
sedang merasakan kedamaian dan kemesraan,,
PERCAYA lah !!!!!!!!. 
By : Indah Nirwana Murti (21 Januari 1996)
26 Agustus 2012
06 : 57 : 49 WIB

Sabtu, 14 Juli 2012

Motif-motif Yang Digunakan Dalam Batik Riau

Motif batik Riau untuk saat ini terdiri dari berbagai macam motif, yang sudah dikembangkan lebih kurang 200 motif. Motif-motif batik Riau yang sudah mempunyai Hak Paten (HaKI) sebanyak 39 motif. Motif-motif tersebut antara lain :

  1. Kembang Berisi Keluk Anak
  2. Kembang Penuh Putri Berhias
  3. Daun Paku Buluh Bertunas
  4. Kembang Berhias Tumpang Tindih
  5. Bunga Matahari Mutiara Bersusun
  6. Bunga Mekar Kuntum Bersanding
  7. Bunga Kapas Putri Berhias
  8. Bunga atahari Bertabur Kuntum
  9. Bunga cengkeh Mekar Penuh
  10. Bunga Bintang Hias Bersiku
  11. Kembang Penuh Wajik Bersambung
  12. Kembang Terkulai Bintang Bertabur
  13. Kuntum Mekar Wajik Bersusun
  14. Kuntum Penuh Tajuk Melambai
  15. Kuntum Berangkai Mekar Penuh
  16. Kesuma Mekar Bertangkup
  17. Kuntum Mekar Jalur Berhias
  18. Kuntum unga Mekar Melambai
  19. Sari Bertabur Kuntum Penuh
  20. Wajik Susun Bertabur Anak
  21. Kembang Berisi Tampuk Lima
  22. Kembang Penuh siku Beradu
  23. Dayang Daun Kembang
  24. Kemabang Berhias Kuntum Muda
  25. Bunga Mekar Pelangi Bersusun
  26. Bunga Penuh Awan Jingga
  27. Bunga Kundu Putri Bangsawan
  28. Bunga Matahari Keluk Berlapis
  29. Bunga Bertabur Tangkai Penuh
  30. bintang-Bintang mekar Berseling
  31. Kembang semangat Tajuk Bidadari
  32. Kembang Tersusun Kuntum Terkulai
  33. Kuntum Muda Kelopak Daun
  34. Mekar kusuma Daun Bertindih
  35. Kuntum Bercabang Bintang-bintang
  36. Kuntum Bersusun Penuh
  37. Kuntum Mekar Kembang Bertabur
  38. Kuntum Mekar Tanjung Bersusun
  39. siku-siku Kelopak Bersusun
December 10, 2009

Sejarah Batik Riau Munculnya Batik Tabir

Sejarah Batik Riau Munculnya Batik TabirBatik Tabir inilah Motif Batik Riau yang terkenal saat ini. Namun pada mulanya kalau kita melihat Sejarah Batik Riau dimulai pada zaman kerajaan Daik Lingga dan Kerajaan Siak, pada saat itu dikenallah suatu kerajinan tangan yang terkenal dilingkungan kerajaan para bangsawan istana, yaitu dalam bentuk kerajinan Batik Cap. Tentu berbeda sekali dengan Batik Tabir yang ada sekarang. Mari Kita lanjutkan ceritanya.

Jadi pada masa itu Bati Cap menggunakan bahan cap yanhg terbuat dari perunggu yang berisikan motif-motif khas. Masing-masing cap memiliki motif yang unik. Jelasnya masing-masing cap mempunyai motif yang berbeda-beda pula. Pola dan cara membatik dengan batik cap ini sangat berbeda dengan batik tulis dan batik lainnya. Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari batik cap ini terlebih dahulu bahan cap dicacahkan kepada bahan pewarna lalu dicapkan pada bahan yang telah kita sediakan sehingga motip yang ada pada cap akan pindah kepada bahan dasar kain yang kita sediakan. Biasanya warna yang digunakan adalah warna kuning dan perak, kain dasar yang dugunakan adalah bahan dasar sutera atau bisa pula bahan halus lainnya yang biasanya bewarna hitam gelap. Motifnya tidak jauh berbeda dengan Kerajinan Tekad.

Seiring waktu berlalu maka Batik Cap ini berubah menjadi "Telepuk," setelah itu bahan untuk cap berubah pula tidak berupa perunggu lagi, yaitu dari bahan kayu lembut yang di ukir sesuai motif yang di inginkan. ketika ada keperluan tertentu bahan cap bisa dibuat dari bahan buah-buahan yang keras, contohnya Kentang. Bahan cap dari buah ini biasanya hanya untuk sekali pakai saja atau tidak permanen sifatnya, notifnya sebatas ukuran bahan yang digunakan. ketika masa pemerintahan raja-raja mulai berakhir, maka berakhir pulalah keberadaan Batik Cap ataupun Telepuk sampai beberapa waktu kemudian.

Semangat untuk tetap melestarikan dan menghidupkan kembali nuansa batik tersebut, maka Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 1985 mengambil inisiatif untuk menumbuh kembangkan batik ini dengan cara memberikan pelatihan membatik kepada masyarakat Riau. Namun bukan batik cap yang diceritakan diatas, melainkan membatik yang mempunyai kesamaan dengan batik Jawa yang menggunakan Canting, tetapi motif yang di pergunakan adalah murni motif Melayu Riau.

Waktu berjalan, pada tahun 2004 Ketua Dekranasda Provinsi Riau, Ibu Dra. Hj. Septina Primawati Rusli, MM., kembali membangkitkan kerajinan batik ini dengan menggunakan pola baru pada disain. Dengan cara ini sehingga kelihatan khas batik Riau dibandingkan dengan batik daerah lainnya melalui tangan terampil seorang seniman yang juga pengurus Dekranasda Provinsi Riau yaitu H. Encik Amrun Salmon, lalu dibuatlah percobaan demi percobaan yang akhirnya dapat menghasilkan suatu pola baru dengan membuat batik tulis/colet berpola dengan mengambil ilham dari tabir belang budaya Melayu Riau yang bergaris memanjang dari atas ke bawah dengan motif-motif Melayu yang ada, ini terutama terdapat pada tabir pelaminan Melayu Riau.

Maka dari motif-motif yang ada ini pula dikembangkan menjadi sebuah motif baru yang di beri nama sesuai aslinya. Dari pengembangan motif tradisional yang ada diciptakan motif baru yang tak lari dari akarnya yaitu antara lain: Bungo Kesumbo, Bunga Tanjung, Bunga Cempaka, Bunga Matahari Kaluk Berlapis, dll. Batik Riau ini tumbuh berkembang dan diberi nama "Batik Tabir".

Nah dari sanalah lahirnya Motif Batik Riau yang terkenal dengan nama Batik Tabir pada masa sekarang ini.

Dalam penulisan ini masih banyak kekurangan disa sini, bagi para pembaca yang lebih mengetahui mohon masukaanya di kolom komentar.

(dari berbagai sumber)

Selasa, 19 Juni 2012

Latar Hidup Sang Pahlawan


    Adam Malik yang dijuluki ''si kancil” ini dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917 dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Semenjak kecil ia gemar menonton film koboi, membaca, dan fotografi. Setelah lulus HIS, sang ayah menyuruhnya memimpin toko 'Murah', di seberang bioskop Deli. Di sela-sela kesibukan barunya itu, ia banyak membaca berbagai buku yang memperkaya pengetahuan dan wawasannya.


    Ketika usianya masih belasan tahun, ia pernah ditahan polisi Dinas Intel Politik di Sipirok 1934 dan dihukum dua bulan penjara karena melanggar larangan berkumpul. Adam Malik pada usia 17 tahun telah menjadi ketua Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) untuk ikut aktif memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Keinginannya untuk maju dan berbakti kepada bangsa mendorong Adam Malik merantau ke Jakarta.

    Pada usia 20 tahun, Adam Malik bersama dengan Soemanang, Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna, memelopori berdirinya kantor berita Antara tahun 1937 berkantor di JI. Pinangsia 38 Jakarta Kota. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo.

    Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, Adam Malik pernah melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memaksa mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

    Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta. Mewakili kelompok pemuda, Adam Malik sebagai pimpinan Komite Van Aksi, terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945-1947) yang bertugas menyiapkan susunan pemerintahan. Selain itu, Adam Malik adalah pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.

    Akhir tahun lima puluhan, atas penunjukan Soekarno, Adam Malik masuk ke pemerintahan menjadi duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Uni Soviet dan Polandia. Karena kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian menjadi ketua Delegasi RI dalam perundingan Indonesia-Belanda, untuk penyerahan Irian Barat di tahun 1962. Selesai perjuangan Irian Barat (Irian Jaya), Adam Malik memegang jabatan Menko Pelaksana Ekonomi Terpimpin (1965). Pada masa semakin menguatnya pengaruh Partai Komunis Indonesia, Adam bersama Roeslan Abdulgani dan Jenderal Nasution dianggap sebagai musuh PKI dan dicap sebagai trio sayap kanan yang kontra-revolusi.
    Ketika terjadi pergantian rezim pemerintahan Orde Lama, posisi Adam Malik yang berseberangan dengan kelompok kiri justru malah menguntungkannya. Tahun 1966, Adam disebut-sebut dalam trio baru Soeharto-Sultan-Malik. Pada tahun yang sama, lewat televisi, ia menyatakan keluar dari Partai Murba karena pendirian Partai Murba, yang menentang masuknya modal asing. Empat tahun kemudian, ia bergabung dengan Golkar. Sejak 1966 sampai 1977 ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II / Menlu ad Interim dan Menlu RI.

    Sebagai Menlu dalam pemerintahan Orde Baru, Adam Malik berperanan penting dalam berbagai perundingan dengan negara-negara lain termasuk rescheduling utang Indonesia peninggalan Orde Lama. Bersama Menlu negara-negara ASEAN, Adam Malik memelopori terbentuknya ASEAN tahun 1967. Ia bahkan dipercaya menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York. Ia orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan dunia itu. Tahun 1977, ia terpilih menjadi Ketua DPR/MPR. Kemudian tiga bulan berikutnya, dalam Sidang Umum MPR Maret 1978 terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang secara tiba-tiba menyatakan tidak bersedia dicalonkan lagi.

    Beberapa tahun setelah menjabat wakil presiden, ia merasa kurang dapat berperan banyak. Maklum, ia seorang yang terbiasa lincah dan aktif tiba-tiba hanya berperan sesekali meresmikan proyek dan membuka seminar. Kemudian dalam beberapa kesempatan ia mengungkapkan kegalauan hatinya tentang feodalisme yang dianut pemimpin nasional. Ia menganalogikannya seperti tuan-tuan kebon.

    Sebagai seorang diplomat, wartawan bahkan birokrat, ia seing mengatakan ‘semua bisa diatur”. Sebagai diplomat ia memang dikenal selalu mempunyai 1001 jawaban atas segala macam pertanyaan dan permasalahan yang dihadapkan kepadanya. Tapi perkataan ‘semua bisa diatur’ itu juga sekaligus sebagai lontaran kritik bahwa di negara ini ‘semua bisa di atur’ dengan uang.

    Setelah mengabdikan diri demi bangsa dan negaranya, H.Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena kanker lever. Kemudian, isteri dan anak-anaknya mengabadikan namanya dengan mendirikan Museum Adam Malik. Pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan.

Referensi :

- http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/adam-malik/index.shtml

Kamis, 19 April 2012

Latar Hidup Bung Hatta

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu Fort de Kock dan pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang. Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
Pada tangal 27 November 1956, Bung Hatta memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pidato pengukuhannya berjudul "Lampau dan Datang".
Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ketika di Belanda ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, telah berkembang iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Ernest Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan akibat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di media massa. sumber wikipedia.org

Sabtu, 21 Januari 2012

TUGAS SENI SEMESTER 2

tangga nada #
        C=do  C-D-E-F-G-A-B-C
1#    G=do  G-A-B-C-D-E-Fis-G
2#    D=do  D-E-Fis-G-A-B-Cis-D
3#    A=do  A-B-Cis-D-E-Fis-Gis-A
4#    E=do  E-Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E
5#    B=do  B-Cis-Dis-E-Fis-Gis-Ais-B
6#  Fis=do  Fis-Gis-Ais-B-Cis-Dis-Eis-Fis
7#  Cis=do Cis-Dis-Eis-Fis-Gis-Ais-Bis-Cis

 Tangga Nada b(mol)
C=do C-D-E-F-G-A-B-C
1b F=do F-G-A-Bes-C-D-E-F
2b Bes=do Bes-C-D-Es=F-G-A-Bes
3b Es=do Es-F-G-As-Bes-C-D-Es
4b As=do As-Bes-C-Des-Es-F-G-As
5b Des=do Des-Es-F-Ges-As-Bes-C-Des
6b Ges=do Ges-As-Bes-Ces-Des-Es-F-Ges
7b Ces=do Ces-Des-Es-Fes-Ges-As-Bes-Ces

Tangga Nada Mayor
C - D - E - F - G - A - B - C
   1     1  1/2  1    1     1   1/2

Tangga Nada Minor
a - b - c - d - e - f - g - a
  1   1/2  1   1  1/2  1   1